Jumat, 22 Maret 2013

BAB 3 KEHIDUPAN DI BUMI


BAB III kehidupan dibumi
3.1 Asal mula kehidupan dibumi
                      A. Teori tentang asal usul kehidupan dibumi
                Bagaimana kehidupn di bumi ini berawal? itulah pertanyaan yang mendorong para ilmuwan untuk mencari tahu asal usul kehidupan yang ada di bumi. Banyak teori-teori yang muncul membahas asal usul kehidupan dari para pakar, tetapi belum ada yang memuaskan semua pihak.
berikut ini, beberapa teori tentang asal usul kehidupan:
1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)

§  TEORI EVOLUSI KIMIA
Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks. Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala laboratorium. 
§  Teori Evolusi Biologi 
Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra violet. Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba” tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar yang dianggap sebagai “selaput sel primitif” yang memberi stabilitas pada koaservat.
Meskipun begitu Oparin tetap berpendapat amatlah sulit untuk nantinya koaservat yang sudah terbungkus dengan selaput sel primitif tadi akan dapat menghasilkan “organisme heterotrofik” yang dapat mereplikasikan dirinya dan mengambil nutrisi dari “sop purba” yang kaya akan bahan-bahan organik dan menjelaskan mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai benda tak hidup ke benda hidup.
§     Teori Abiogenesis
Teori ini mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati (Generatio Spontanea). Teori Abiogenesis dicetuskan pertama kali oleh Aristoteles (384 – 322 SM), yang merupakan tokoh ilmu pengetahuan dari Yunani Kuno. Aristoteles melakukan pengamatan ikan-ikan di sungai. Ia berpendapat bahwa ada sebagian ikan-ikan di sungai tersebut yang berasal dari lumpur. Teori Abiogenesis ini didukung pula oleh seorang ilmuwan Inggris pada tahun 1700 yang bernama Nedhan. Ia mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan rebusan kaldu. Hasil rebusan kaldu kemudian dimasukkan ke dalam botol dan ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, ternyata air kaldu tersebut ditumbuhi bakteri. Akhirnya Nedhan menyimpulkan bahwa bakteri berasal dari air kaldu.
§     Teori Biogenesis.
Teori biogenesis adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa asal kehidupan suatu makhluk hidup berasal dari makhluk hidup pula. Semboyan teori Biogenesis adalah “omne vivum ex ovo” (makhluk hidup berasal dari telur) “omne vivum ex vivo” (makhluk hidup berasal dari makhluk hidup yang telah ada).

3.2 Perkembangan Seksual dan Aseksual
A. Perkembangan seksual
Teori tentang perkembangan seks manusia ditemukan oleh tokoh psikologi Sigmund Freud (dalam Sallun, 1990 : 12). Freud membagi  perkembangan seks manusia menjadi lima tahap, mulai dari bayi sampai remaja, yaitu:
1)      Tahap Oral
Tahap oral terjadi pada tahun pertama kelahiran, dimana anak mendapatkan perasaan nikmat melalui mulutnya yaitu ketika sedang menyusu dan menghisap air susu melalui putting susu ibunya. Tahap ini dimulai sejak bayi hingga usia antara 1—2 tahun. Pada usia ini seorang anak terikat sangat antusias memasukkan apa saja kedalam mulutnya. Hal itu merupakan tahap awal pemenuhan dari perkembangan psikoseksual dalam dirinya.
2)      Tahap Anal
Tahap anal kenikmatan yang dirasakan berubah dari mulut kedaerah anus dan sekitarnya (seperti saluran kencing), rasa nikmat dan puas dirasakan ketika anak sedang menahan kencing dan buang air besar. Tahap ini dimulai saat anak berusia pada saat anak berusia 2—4 tahun.
3)      Tahap Phalic
Tahap Phalic biasa terjadi antara usia 4—6 tahun atau lebih. Pada tahap ini perhatian anak mulai terfokus pada alat kelamin dan biasanya sedang mempermainkannya. Pada atahp ini pula anak menemukan perbedaan jenis kelamin.
4)      Tahap Latency
Tahap Latency yang berlansung dari usia enam sampai dua belas tahun. Pada masa ini dorongan-dorongan seks anak masih terpendam karena mereka masih menyibukkan diri untuk mempelajari hal-hal baru dan dunia sekitarnya.
5)      Tahap Genital
Rasa seks itu muncul kembali pada tahap genital yang berlangsung pada usia puber dimana perhatian anak terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kelamin.

B. perkembangan aseksual 
Reproduksi aseksual adalah proses reproduksi dimana keturunan timbul dari orangtua tunggal, dan mewarisi gen dari satu orang tua. Aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan meiosis, ploidi pengurangan, atau fertilisasi. Sebuah definisi yang lebih ketat adalah agamogenesis yang adalah reproduksi tanpa fusi gamet. Reproduksi aseksual adalah bentuk reproduksi organisme bersel tunggal seperti archaea, bakteri, dan protista. Banyak tanaman dan jamur bereproduksi secara aseksual juga.
Sementara semua prokariota bereproduksi secara aseksual (tanpa pembentukan dan fusi gamet), mekanisme transfer gen lateral yang seperti konjugasi, transformasi, dan transduksi kadang-kadang disamakan dengan reproduksi seksual. Kurang lengkapnya reproduksi seksual relatif jarang terjadi di antara organisme multiseluler, terutama hewan.

3.3 Geografi kehidupan
I. Penyebaran Makhluk Hidup
   Di bumi ini, terdapat berbagai macam jenis makhluk hidup yang berbeda-beda. Namun terkadang kita melihat adanya kesamaan antara makhluk hidup di suatu wilayah dengan wilayah lain. Hal ini di karenakan adanya faktor penyebaran makhluk hidup. Berikut mari kita bahas apa saja sih, faktor-faktor tersebut?

a) Faktor BIOTIK
        1) Aktivitas Manusia 
           Aktivitas manusia tentu sangat berpengaruh terhadap penyebaran makhluk hidup. Contohnya, apabila kita menebang pohon, maka florapun lama-kelamaan akan habis. Dengan habisnya flora, maka tidak ada lagi makanan untuk para fauna, dan para faunapun mencari wilayah dimana masih terdapat bahan makanan untuk mereka. 
        2) Flora dan Fauna
           Hewan memiliki peranan terhadap tumbuhan, contohnya membantu dalam proses penyerbukan, hal ini biasanya dilakukan oleh lebah, kupu-kupu, dan lain-lain. Selain hewan, tumbuhanpun juga berperan dalam menyuburkan tanah. Tanah yang subur, memungkinkan terjadinya perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan, serta dapat mempengaruhi kehidupan faunanya.

b) Faktor ABIOTIK 
        1) Iklim
        Faktor iklim (suhu, kelembapan udara, angin, dll) juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran makhluk hidup. Faktor suhu dan kelembapan sangat berpengaruh bagi perkembangan fisik tumbuhan. Sedangkan matahari, sangat berperan dalam proses fotosintesis. Perbedaan iklim di suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya berbeda-beda juga. Berdasarkan tingkat kelembapan udaranya, tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
·                     Xerophyta : Tumbuhan yang mampu beradaptasi di daerah kering sekalipun (contoh = kaktus)
·                     Mesophyta : Tumbuhan yang dapat hidup di tanah yang lembab (Contoh = Padi)
·                     Tropophyta : Tumbuhan yang di dalam kehidupannya membutuhkan banyak air (Contoh = eceng gondok)
        2) Keadaan Tanah
        Perbedaan jenis tanah, mulai dari tekstur hingga zat mineral yang terkandung di dalamnya, dapat mempengaruhi berbagai jenis tanaman yang tumbuh. Mengenai tekstur, dapat mempengaruhi daya serap tanah terhadap air. Ketika tanah tersebut memiliki daya serap air yang tinggi, maka berbagai jenis tanamanpun dapat tumbuh, dan begitu pula sebaliknya. Contoh perbandingan wilayah tropis dengan gurun pasir. Daerah tropis banyak ditumbuhi hutan lebat, pohonnya yang tinggi-tinggi dan daunnya selalu berwarna hijau. Sebaliknya, di gurun pasir hanya tanaman tertentu saja yang dapat tumbuh (seperti kaktus).
3) Air
         Air memiliki peranan penting bagi tumbuhan, yaitu dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dengan adanya curah hujan di daerah tertentu. Daerah yang curah hujannya kurang, keanekaragaman tumbuhannyapun kurang dibandingkan  daerah yang memiliki bannyak curah hujannya, seperti di daerah tropis.
 4) Tinggi Rendah Permukaan Bumi
        Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti daerah pegunungan, pantai, dataran rendah dan perbukitan. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi, mengakibatkan adanya variasi suhu udara.  Variasi suhu udara tersebutlah yang mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan.Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu udara di daerah tersebut. Dan begitu pula sebaliknya. Contohnya, tanaman yang hidup di daerah pantai, banyak di tumbuhi oleh pohon kelapa, namun lain halnya pada daerah pegunungan, yang memiliki banyak keanekaragaman tumbuhan, pohon-pohon yang rimbun, dan lain lain. 

3.4 Evolusi
Pengertian evolusi
 Evolusi merupakan perubahan biologis yang dialami mahluk hidup seiring berjalannya waktu. Ada banyak sekali bukti dari banyak sumber independen mendukung keberadaan evolusi, yang tidak bertentangan dengan keyakinan agama ataupun keyakinan kepada Tuhan.

Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
 sumber:
www.alifatulazizah.wordpress.com
www.humaniora.kompasiana.com
www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar