1.
Latar
belakang, masalah dan tujuan penelitian
a.
Latar
belakang
Sumber daya
manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan
sumber daya yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan
organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. Oleh karena itu,
sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan.
Tuntutan akan kinerja
karyawan yang tinggi memang sudah menjadi bagian dari semua perusahaan. Namun
fakta yang ada sekarang memperlihatkan bahwa belum semua karyawan memiliki
kinerja yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan. Masih banyak terdapat
kar-yawan yang memiliki kinerja yang rendah. Berdasarkan peringkat indeks
kinerja yang telah dilakukan World Investment Report (WIR) tahun 2003, indeks
kinerja Indonesia menempati urutan ke 138 dari 140 negara. Peringkat ini dengan
memperhatikan indikator ting-kat kehadiran, kualitas pekerjaan (profesionalisme
dalam bekerja), dan kuantitas pekerjaan karyawan Indonesia yang masih tergolong
rendah.
Masalah
stres kerja di dalam orga-nisasi menjadi gejala yang penting di-amati sejak
mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Setiap tenaga kerja
bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja
mempunyai kelompok tugas-nya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan
yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian
tenaga kerja tidak selalu ber-hasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan
masalah. Kurang baik ber-fungsinya peran, yang merupakan pem-bangkit stress
yaitu meliputi konflik peran dan ketaksaan peran (role ambi-guity).
b.
Masalah dan tujuan penelitian
Dalam jurnal ini
penulis akan membahas suatu perumusan masalah yaitu : “Apakah ada hubungan
antara kecerdasan emosional dan stres kerja dengan kinerja karyawan?”
Dan penulis juga memiliki tujuan
penelitian yang dilakukan adalah: untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosional dan stres kerja dengan kinerja karyawan.
2.
Metode
Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah karyawan PT. BRI Cabang Kebumen dengan teknik pengambilan
sampel yang digunakan yaitu non random sampling, yaitu dengan pengambilan
sampel atau pemilihan sekelompok subyek berdasar-kan karakteristik yang sudah
ditentukan sebelumnya. Adapun ciri-ciri subjek yaitu (1) subyek berusia minimal
22 tahun, (2) tingkat pendidikan minimal SMU, dan (3) mempunyai masa kerja
minimal 1 tahun. Pengumpulan data menggunakan tiga
macam skala, yaitu (1) Skala Kecerdasan Emosi, (2) Skala Stres kerja, dan (3)
Skala Penilaian kinerja. Adapun teknik atau metode analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis yaitu analisis regresi dua prediktor.
3.
Hasil
dan pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai
koefisien kore-lasi R = 0.580, Fregresi = 11.909, p <
.01. Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara
kecerdasan emosi dan stres kerja dengan kinerja. Oleh karena itu, variabel
kecerdasan emosi dan stres kerja dapat digunakan sebagai prediktor (variabel
bebas) untuk memprediksikan kinerja. Hasil analisis rx1y =
0.527, p < .01, berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara kecerdasan emosi dengan kinerja. Semakin tinggi kecer-dasan emosi maka
semakin tinggi kinerja karyawan.
Kecerdasan emosi menentukan potensi individu untuk
mempelajari keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsur yaitu
kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain. Kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang
didasarkan pada kecer-dasan emosi dan karena itu menghasilkan kinerja menonjol
dalam pekerjaan. Inti kecakapan ini adalah dua kemampuan yaitu empati, yang
melibatkan kemam-puan membaca perasaan orang lain; dan ketrampilan sosial, yang
berarti mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik. Kecerdasan emosional
bekerja seca-ra sinergi dengan keterampilan kognitif, orang yang berprestasi
tinggi memiliki keduanya. Tanpa adanya kecerdasan emosional maka orang tidak
akan mampu menggunakan keterampilan kognitif mereka sesuai dengan potensinya
yang maksimal.
Stres merupakan suatu keadaan
di-mana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan dari dalam
diri individu maupun dari lingkungan di luar diri individu. Di dalam organisasi
kerja, individu selalu berinteraksi dengan lingkungannya, tetapi interaksi
tersebut tidak selalu menguntungkan. Interaksi yang pas akan menghasilkan
performansi tinggi, kepu-asan dan tingkat stres yang rendah, sebaliknya
ketidakharmonisan interaksi menyebabkan performansi kerja yang buruk,
ketidakpuasan dan tingkat stres yang tinggi.
4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dan stres kerja dengan kinerja,
(2) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi
dengan kinerja di mana semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin tinggi
kinerja karyawan, dan (3) terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan
antara stres kerja dengan kinerja di mana semakin tinggi stres kerja maka
semakin rendah kinerja karyawan.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasuraa 57102, Jawa Tengah
Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasuraa 57102, Jawa Tengah
Jurnal Psikologi Volume 2, No. 1, Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar