Pengertian Control
Pengendalian
(kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan. Mengendalikan merupakan
fungsi penting karena membantu untuk memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan
korektif sehingga meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa
tujuan organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.
Menurut konsep
modern kontrol adalah tindakan meramalkan sedangkan konsep awal pengendalian
hanya digunakan ketika kesalahan terdeteksi. Kontrol dalam manajemen berarti
menetapkan standar, mengukur kinerja aktual dan mengambil tindakan korektif.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha
sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar,
menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang
menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan
efektif dan efisien.
Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulannya, pengawasan merupakan
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan
tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan.
Pentingnya control dalam manajemen
Suatu
organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu,
banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil
kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin
penting dalam setiap organisasi. Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu
penting, diantaranya :
1) Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan
organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya
inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb.
2) Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin
memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk
harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga.
3) Meminimalisasikan tingginya
kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat
kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan.
4) Kebutuhan manager untuk
mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang
kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang.
5) Komunikasi
6) Menilai informasi dan mengambil
tindakan koreksi
7) Langkah terakhir adalah pembandingan
penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan
kemudian pengambilan tindakan.
Empat elemen
dasar dalam sistem kontrol :
Elemen pertama
adalah karakteristik atau kondisi dari sistem operasi yang akan diukur.
Karakteristik dapat berupa output dari sistem dalam tahap pemrosesan atau
mungkin suatu kondisi yang merupakan hasil dari sistem. Sebagai contoh dalam
sistem sekolah dasar para jam kerja guru atau keunggulan pengetahuan yang
ditunjukkan oleh siswa pada ujian nasional adalah contoh karakteristik yang
dapat dipilih untuk pengukuran atau kontrol.
Elemen
kedua kontrol adalah sensor, merupakan sarana untuk mengukur karakteristik atau
kondisi. Sebagai contoh dalam sistem kontrol pengukuran kualitas dapat
diandaikan oleh inspeksi visual dari produk.
Elemen
ketiga kontrol adalah komparator, menentukan kebutuhan koreksi dengan
membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang telah direncanakan. Beberapa
penyimpangan dari rencana adalah biasa dan diharapkan, tetapi ketika berada di
luar variasi yang dapat diterima tindakan korektif diperlukan. Ini melibatkan
semacam tindakan pencegahan yang menunjukkan bahwa kontrol yang baik sedang
dicapai.
Unsur
keempat kontrol adalah aktivator, adalah tindakan korektif diambil untuk
mengembalikan sistem ke output yang diharapkan. Contohnya adalah seorang
karyawan diarahkan ulang untuk bagian-bagian yang gagal lulus pemeriksaan mutu
atau kepala sekolah yang memutuskan untuk membeli buku-buku tambahan untuk
meningkatkan kualitas siswa. Selama rencana dilakukan dalam batas-batas yang
diijinkan tindakan korektif tidak diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar